Mengapa gagal?
Banyak calon karyawan gagal dalam psikotes, termasuk di dalamnya wawancara. Mengapa?
Sesungguhnya, hasil investigasi psikologi bersifat rahasia, dalam arti tidak setiap orang sanggup menerjemahkan dalam bahasa sehari-hari. Jadi, yang berhak yaitu psikolog yang berkompeten.
Hal itu berbeda dengan tes kesehatan, di mana jenis kegagalan sanggup disebutkan dengan terang dan biasanya sanggup pula dilihat. Sementara hasil psikotes masih merupakan data garang berupa angka-angka sehingga perlu dijelaskan dalam bahasa awam oleh psikolog, untuk dijadikan data kualitatif.
Pada dasarnya psikotes bukan ujian. tidak mengukur prestasi melainkan potensi dasar setiap individu. Dalam tes prestasi ada materi yang sanggup dipelajari, contohnya bahasa Inggris. Bila seseorang menerima nilai B dalam pelajaran itu, berarti penguasaan materi Bahasa Inggrisnya baik.
Sedangkan psikotes mengukur potensi dasar yang dimiliki tiap individu. Seseorang yang memang intinya cerdas, dites menyerupai apa pun tetap akan baik hasilnya. Asalkan ia serius pada ketika mengerjakan dan tidak terganggu konsentrasinya sehingga sanggup bekerja secara optimal.
Untuk mengurangi risiko gagal, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Yang pertama, penampilan fisik. Perhatikan dengan saksama apalagi bila profesi yang akan dimasuki mensyaratkan penampilan menarik - menyerupai pramugari, teller bank, atau sekretaris. Sedangkan tentara/polisi lebih menitik-beratkan pada postur ideal antara tinggi dan bobot badan, serta ada persyaratan minimal tinggi badan.
Perhatikan juga cara berpakaian, sebaiknya sesuaikan dengan situasi dan suasana. Misalnya, dalam wawancara untuk calon pramugari sebaiknya tidak mengenakan pakaian yang tidak selayaknya, menyerupai celana panjang berbahan jins. Atau memakai sepatu sandal, meskipun sedang mode.
Kerapian dan kesopanan berpakaian juga dipertimbangkan. Misalnya, tidak mengenakan kemeja yang lengan panjangnya dilipat, atau hanya mengenakan kaus, atau kemeja tidak dimasukkan.
Sikap pun menunjukkan nilai penting. Yang dimaksud dengan perilaku ialah bagaimana si calon karyawan sanggup menempatkan diri pada posisi yang tepat. Sebaiknya bersikap masuk akal saja, tidak dibuat-buat, tetapi juga tidak tegang atau gugup.
Selain itu, biasanya dinilai pula kesopanan yang sesuai dengan norma. Misalnya, tidak tampak menjilat, mengetuk pintu bila akan masuk ruangan, atau jikalau belum dipersilakan duduk, ya, jangan duduk dulu. Dalam menjawab pertanyaan tidak bertele-tele, eksklusif pada inti masalah. Kemudian menjawab secara jujur, tidak perlu ditutup-tutupi. Misalnya, pernah tidak naik kelas atau pernah gagal pada tes di perusahaan lain.
Selain itu, dalam menjawab tidak usah menggurui, meskipun si calon sudah mempunyai pendidikan yang cukup tinggi, pengalaman cukup banyak, atau dari segi usia lebih renta daripada si pewawancara.
Jangan pula menjawab dengan sombong, contohnya mengaku sebagai atlet yang sudah keliling ke banyak negara dan mempunyai segudang prestasi. Bangga boleh-boleh saja, tetapi jikalau hasil psikologi tertulisnya kurang baik, tetap saja tidak lulus.
Yang tidak kalah penting, tidak usah bertanya. Meski merasa optimistis dengan hasil tes tulis dan merasa sanggup mengerjakan, calon tidak perlu bertanya mengenai hasilnya. Pada dasarnya wawancara yaitu tes juga sehingga hal ini akan mempengaruhi penilaian. Selain itu, situasi yang dihadapi ketika itu yaitu situasi tes, bukan konsultasi psikologi. Pertimbangkan pula banyak calon lain yang menunggu.
Umumnya, untuk memperoleh warta penting dari calon karyawan dipakai metode FACT, yaitu:
F: Feeling. Tentang apa yang dirasakan oleh orang itu. Ditanyakan minatnya, citra pekerjaan, apakah juga sudah terbayang.
A: Action. Mengenai tindakan-tindakan apa yang telah dilakukan.
C: Condition. Kondisi/situasi/keadaan di mana bencana itu berlangsung.
T: Thinking. Mengenai apa yang dipikirkan atau yang diinginkan oleh orang pada ketika itu.
Pemahaman yang lebih baik perihal wawancara psikologi akan menciptakan kita lebih gampang mempersiapkan diri menghadapi jenis wawancara ini. Yang pasti, wawancara psikologi tidak perlu ditakuti dan tidak sanggup dibohongi.