Contoh Khutbah Jumat Terbaru - Khutbah jum'at kali ini yaitu berjudul saling menasehati menuju jalan keselamatan, semoga artikel khutbah jumat ini sanggup dijadikan sebagai refrensi khutbah jumat atau sanggup anda jadikan sebagai bahan khutbah jum'at.
Sidang jumat rahimakumullah!
Pemberian paling berharga dari seseorang untuk saudaranya yang tidak sanggup dinilai dengan emas dan perak yaitu pesan yang tersirat untuk mengerjakan kebaikan dan meninggalkan kejelekan. Sebab, pesan yang tersirat merupakan urusan yang paling pokok di dalam agama Islam, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Agama yaitu nasihat.” ( HR. Muslim dari Tamim ad-Dari radhiallahu ‘anhu)
Upaya saling menasihati dalam kebaikan merupakan salah satu jalan yang sanggup menyelamatkan seseorang dari kerugian dunia dan akhiratnya.
Tuhan subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَٱلۡعَصۡرِ ١ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ ٢ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ ٣
“Demi masa. Sesungguhnya insan itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran, serta nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Al-‘Ashr: 1—3)
Sikap saling meminta dan saling memberi pesan yang tersirat yaitu interaksi kemasyarakatan kaum muslimin yang dianjurkan oleh Tuhan subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda menyebutkan enam perkara yang merupakan hak dan kewajiban seorang muslim atas saudaranya,
“Jika saudaramu meminta nasihatmu, berilah pesan yang tersirat untuknya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
Jamaah Jumat rahimakumullah!
Sudah tidak absurd bagi kita perihal keutamaan memberikan nasihat, lantaran pesan yang tersirat yaitu salah satu bentuk perwujudan amar ma’ruf nahi mungkar. Banyak sekali dalilnya baik dari al-Qur’an maupun as-Sunnah.
Akan tetapi, yang ingin kita tekankan dalam khutbah ini yaitu pentingnya mendengar dan mendapatkan pesan yang tersirat serta tercelanya perilaku menolak dan mengabaikan nasihat.
nasihat
Ayyuhal muslimun rahimakumullah!
Nasihat yang benar, yang dibangun di atas al-Qur’an dan as-Sunnah, wajib didengar dan diterima, lantaran pesan yang tersirat tersebut yaitu agama dan pertolongan yang sangat berharga dari saudara kita. Orang yang mendapatkan pesan yang tersirat berarti beliau telah berusaha untuk menyelamatkan dirinya dari kebinasaan dan kerugian.
Sebaliknya, orang yang menolak pesan yang tersirat berarti beliau telah menghadapkan dirinya ke dalam jurang kebinasaan, sebagaimana yang dialami oleh umat terdahulu yang dibinasakan oleh Tuhan subhanahu wa ta’ala saat menolak pesan yang tersirat dari para nabi. Contohnya ialah kaum Tsamud saat menolak pesan yang tersirat Nabi Shalih ‘alaihissalam.
Tuhan subhanahu wa ta’ala berfirman,
Lalu datanglah goncangan gempa menimpa mereka sehingga mereka mati bergelimpangan di rumah mereka. Nabi Shalih pun pergi berpaling meninggalkan mereka seraya berkata, “Wahai kaumku, sungguh saya telah sampaikan risalah dari Rabbku. Aku telah berusaha untuk memberikan nasihatku kepada kalian. Namun, kalian tidak menyukai orang yang memberi nasihat.” (Al-A’raf: 78—79)
Di dalam ayat tersebut, terdapat usulan untuk mengasihi pesan yang tersirat dan mengasihi para pemberi nasihat. Wallahu a’lam bish-shawab.
Semoga Tuhan subhanahu wa ta’ala membuka hati kita sehingga diberi kelapangan dada untuk mendapatkan pesan yang tersirat kebenaran, lantaran hal itu merupakan tanda keimanan.
“Sungguh demi Rabbmu, tidaklah mereka beriman hingga mereka menimbulkan dirimu (Nabi Muhammad) sebagai penengah dari apa yang mereka perselisihkan. Kemudian, tidaklah ada keberatan di hati mereka untuk mendapatkan apa yang engkau putuskan dan mereka menerimanya dengan sepenuh hati.” (An-Nisa’: 65)
Semoga Tuhan subhanahu wa ta’ala memasukkan kita ke dalam golongan,
“Orang-orang yang mendengar perkataan kemudian mengikuti yang terbaik darinya. Mereka itulah orang-orang yang telah mendapat petunjuk dari Tuhan subhanahu wa ta’ala dan mereka itulah orang yang mempunyai logika sehat.” (Az-Zumar: 18)
Jamaah Jumat rahimakumullah!
Hendaknya kita memperbanyak berdoa kepada Tuhan subhanahu wa ta’ala supaya dikaruniai hidayah dan taufik sehingga kita gampang mendapatkan pesan yang tersirat dan kebenaran. Di antara faktor yang menghalangi seseorang mendapatkan pesan yang tersirat yaitu tidak mendapatkan taufik dari Tuhan subhanahu wa ta’ala.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya engkau tidak akan sanggup memberi hidayah kepada orang yang engkau cintai. Akan tetapi, Tuhan memberi hidayah kepada siapa yang Dia kehendaki.” (Al-Qashash: 56)
Sepantasnya pula kita sering memohon proteksi kepada Tuhan subhanahu wa ta’ala dari muslihat setan yang senantiasa berusaha menghalangi insan dari pesan yang tersirat dan kebenaran. Sebab, Iblis telah menyatakan—sebagaimana yang Tuhan subhanahu wa ta’ala firmankan dalam al-Qur’an,
Iblis berkata, “Demi kemuliaan-Mu, saya niscaya akan menyesatkan mereka semua, kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih.” (Shad: 82—83)
Iblis berkata, “Karena Engkau (Allah) telah menyesatkanku, saya niscaya akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus.” (Al-A’raf: 16)
Hendaknya pula kita senantiasa mengendalikan hawa nafsu. Sebab, hawa nafsu sangat besar lengan berkuasa berperan dalam menghalangi seseorang untuk mendapatkan nasihat.
“Sesungguhnya hawa nafsu selalu mengajak kepada kejahatan, kecuali nafsu yang mendapat rahmat dari Rabbku.” (Yusuf: 53)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah!
Jauhilah perilaku sombong dan angkuh, lantaran kesombongan mengakibatkan seseorang menolak nasihat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Seseorang yang di dalam kalbunya terdapat kesombongan sebesar biji sawi tidak akan masuk surga…. Sombong yaitu menolak kebenaran dan meremehkan orang.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu)
arang-api
Hadirin rahimakumullah!
Hasad (iri, dengki) juga merupakan faktor penghalang seseorang untuk mendapatkan nasihat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tinggalkanlah hasad (sifat iri), lantaran hasad akan memakan kebaikan-kebaikan menyerupai api melahap kayu bakar.”
Di antara faktor yang membantu seseorang gampang mendapatkan pesan yang tersirat yaitu sifat jujur. Sebaliknya, dusta yaitu lantaran yang menyulitkan seseorang mendapatkan pesan yang tersirat dan kebaikan. Hal ini sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Hendaknya kalian bersikap jujur, lantaran kejujuran akan membawa kepada kebaikan, sedangkan kebaikan akan membawa ke surga…”
“Tinggalkanlah kedustaan, lantaran dusta akan membawa kepada kejahatan, sedangkan kejahatan akan membawa ke neraka.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu)
“Ya Allah, perlihatkan kepada kami bahwa kebenaran itu kebenaran, dan berilah rezeki kepada kami untuk mengikutinya. Perlihatkanlah kepada kami bahwa kebatilan itu kebatilan, dan berilah rezeki kepada kami untuk menjauhinya.”
KHUTBAH JUM'AT PERTAMA:
إِنَّ الْحَمْدَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ ١٠٢
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالٗا كَثِيرٗا وَنِسَآءٗۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيبٗا ١
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدٗا ٧٠ يُصۡلِحۡ لَكُمۡ أَعۡمَٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا ٧١
أَمَّا بَعْدُ:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ ١٠٢
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالٗا كَثِيرٗا وَنِسَآءٗۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيبٗا ١
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدٗا ٧٠ يُصۡلِحۡ لَكُمۡ أَعۡمَٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا ٧١
أَمَّا بَعْدُ:
Sidang jumat rahimakumullah!
Pemberian paling berharga dari seseorang untuk saudaranya yang tidak sanggup dinilai dengan emas dan perak yaitu pesan yang tersirat untuk mengerjakan kebaikan dan meninggalkan kejelekan. Sebab, pesan yang tersirat merupakan urusan yang paling pokok di dalam agama Islam, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الدِّينُ النَّصِيحَةُ
“Agama yaitu nasihat.” ( HR. Muslim dari Tamim ad-Dari radhiallahu ‘anhu)
Upaya saling menasihati dalam kebaikan merupakan salah satu jalan yang sanggup menyelamatkan seseorang dari kerugian dunia dan akhiratnya.
Tuhan subhanahu wa ta’ala berfirman,
Kumpulan khutbah juma'at |
“Demi masa. Sesungguhnya insan itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran, serta nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Al-‘Ashr: 1—3)
Sikap saling meminta dan saling memberi pesan yang tersirat yaitu interaksi kemasyarakatan kaum muslimin yang dianjurkan oleh Tuhan subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda menyebutkan enam perkara yang merupakan hak dan kewajiban seorang muslim atas saudaranya,
فَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ أَخُوكَ فَانْصَحْ لَهُ
“Jika saudaramu meminta nasihatmu, berilah pesan yang tersirat untuknya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
Jamaah Jumat rahimakumullah!
Sudah tidak absurd bagi kita perihal keutamaan memberikan nasihat, lantaran pesan yang tersirat yaitu salah satu bentuk perwujudan amar ma’ruf nahi mungkar. Banyak sekali dalilnya baik dari al-Qur’an maupun as-Sunnah.
Akan tetapi, yang ingin kita tekankan dalam khutbah ini yaitu pentingnya mendengar dan mendapatkan pesan yang tersirat serta tercelanya perilaku menolak dan mengabaikan nasihat.
nasihat
Ayyuhal muslimun rahimakumullah!
Nasihat yang benar, yang dibangun di atas al-Qur’an dan as-Sunnah, wajib didengar dan diterima, lantaran pesan yang tersirat tersebut yaitu agama dan pertolongan yang sangat berharga dari saudara kita. Orang yang mendapatkan pesan yang tersirat berarti beliau telah berusaha untuk menyelamatkan dirinya dari kebinasaan dan kerugian.
Sebaliknya, orang yang menolak pesan yang tersirat berarti beliau telah menghadapkan dirinya ke dalam jurang kebinasaan, sebagaimana yang dialami oleh umat terdahulu yang dibinasakan oleh Tuhan subhanahu wa ta’ala saat menolak pesan yang tersirat dari para nabi. Contohnya ialah kaum Tsamud saat menolak pesan yang tersirat Nabi Shalih ‘alaihissalam.
Tuhan subhanahu wa ta’ala berfirman,
فَأَخَذَتۡهُمُ ٱلرَّجۡفَةُ فَأَصۡبَحُواْ فِي دَارِهِمۡ جَٰثِمِينَ ٧٨ فَتَوَلَّىٰ عَنۡهُمۡ وَقَالَ يَٰقَوۡمِ لَقَدۡ أَبۡلَغۡتُكُمۡ رِسَالَةَ رَبِّي وَنَصَحۡتُ لَكُمۡ وَلَٰكِن لَّا تُحِبُّونَ ٱلنَّٰصِحِينَ ٧٩
Lalu datanglah goncangan gempa menimpa mereka sehingga mereka mati bergelimpangan di rumah mereka. Nabi Shalih pun pergi berpaling meninggalkan mereka seraya berkata, “Wahai kaumku, sungguh saya telah sampaikan risalah dari Rabbku. Aku telah berusaha untuk memberikan nasihatku kepada kalian. Namun, kalian tidak menyukai orang yang memberi nasihat.” (Al-A’raf: 78—79)
Di dalam ayat tersebut, terdapat usulan untuk mengasihi pesan yang tersirat dan mengasihi para pemberi nasihat. Wallahu a’lam bish-shawab.
Semoga Tuhan subhanahu wa ta’ala membuka hati kita sehingga diberi kelapangan dada untuk mendapatkan pesan yang tersirat kebenaran, lantaran hal itu merupakan tanda keimanan.
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤۡمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيۡنَهُمۡ ثُمَّ لَا يَجِدُواْ فِيٓ أَنفُسِهِمۡ حَرَجٗا مِّمَّا قَضَيۡتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسۡلِيمٗا ٦٥
“Sungguh demi Rabbmu, tidaklah mereka beriman hingga mereka menimbulkan dirimu (Nabi Muhammad) sebagai penengah dari apa yang mereka perselisihkan. Kemudian, tidaklah ada keberatan di hati mereka untuk mendapatkan apa yang engkau putuskan dan mereka menerimanya dengan sepenuh hati.” (An-Nisa’: 65)
Semoga Tuhan subhanahu wa ta’ala memasukkan kita ke dalam golongan,
ٱلَّذِينَ يَسۡتَمِعُونَ ٱلۡقَوۡلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحۡسَنَهُۥٓۚ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ هَدَىٰهُمُ ٱللَّهُۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمۡ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ ١٨
“Orang-orang yang mendengar perkataan kemudian mengikuti yang terbaik darinya. Mereka itulah orang-orang yang telah mendapat petunjuk dari Tuhan subhanahu wa ta’ala dan mereka itulah orang yang mempunyai logika sehat.” (Az-Zumar: 18)
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيم،ِ أَقُولُ مَا تَسْمَعُونَ، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
KHUTBAH JUM'AT KEDUA
الْحَمْدُ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَاهُ، وَأشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، أَمَّا بَعْدُ:
Jamaah Jumat rahimakumullah!
Hendaknya kita memperbanyak berdoa kepada Tuhan subhanahu wa ta’ala supaya dikaruniai hidayah dan taufik sehingga kita gampang mendapatkan pesan yang tersirat dan kebenaran. Di antara faktor yang menghalangi seseorang mendapatkan pesan yang tersirat yaitu tidak mendapatkan taufik dari Tuhan subhanahu wa ta’ala.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
إِنَّكَ لَا تَهۡدِي مَنۡ أَحۡبَبۡتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهۡدِي مَن يَشَآءُۚ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ ٥٦
“Sesungguhnya engkau tidak akan sanggup memberi hidayah kepada orang yang engkau cintai. Akan tetapi, Tuhan memberi hidayah kepada siapa yang Dia kehendaki.” (Al-Qashash: 56)
Sepantasnya pula kita sering memohon proteksi kepada Tuhan subhanahu wa ta’ala dari muslihat setan yang senantiasa berusaha menghalangi insan dari pesan yang tersirat dan kebenaran. Sebab, Iblis telah menyatakan—sebagaimana yang Tuhan subhanahu wa ta’ala firmankan dalam al-Qur’an,
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغۡوِيَنَّهُمۡ أَجۡمَعِينَ ٨٢ إِلَّا عِبَادَكَ مِنۡهُمُ ٱلۡمُخۡلَصِينَ ٨٣
Iblis berkata, “Demi kemuliaan-Mu, saya niscaya akan menyesatkan mereka semua, kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih.” (Shad: 82—83)
قَالَ فَبِمَآ أَغۡوَيۡتَنِي لَأَقۡعُدَنَّ لَهُمۡ صِرَٰطَكَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ١٦
Iblis berkata, “Karena Engkau (Allah) telah menyesatkanku, saya niscaya akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus.” (Al-A’raf: 16)
Hendaknya pula kita senantiasa mengendalikan hawa nafsu. Sebab, hawa nafsu sangat besar lengan berkuasa berperan dalam menghalangi seseorang untuk mendapatkan nasihat.
إِنَّ ٱلنَّفۡسَ لَأَمَّارَةُۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيٓۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٞ رَّحِيمٞ ٥٣
“Sesungguhnya hawa nafsu selalu mengajak kepada kejahatan, kecuali nafsu yang mendapat rahmat dari Rabbku.” (Yusuf: 53)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah!
Jauhilah perilaku sombong dan angkuh, lantaran kesombongan mengakibatkan seseorang menolak nasihat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ … الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Seseorang yang di dalam kalbunya terdapat kesombongan sebesar biji sawi tidak akan masuk surga…. Sombong yaitu menolak kebenaran dan meremehkan orang.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu)
arang-api
Hadirin rahimakumullah!
Hasad (iri, dengki) juga merupakan faktor penghalang seseorang untuk mendapatkan nasihat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ
“Tinggalkanlah hasad (sifat iri), lantaran hasad akan memakan kebaikan-kebaikan menyerupai api melahap kayu bakar.”
Di antara faktor yang membantu seseorang gampang mendapatkan pesan yang tersirat yaitu sifat jujur. Sebaliknya, dusta yaitu lantaran yang menyulitkan seseorang mendapatkan pesan yang tersirat dan kebaikan. Hal ini sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
… عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ
“Hendaknya kalian bersikap jujur, lantaran kejujuran akan membawa kepada kebaikan, sedangkan kebaikan akan membawa ke surga…”
وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ
“Tinggalkanlah kedustaan, lantaran dusta akan membawa kepada kejahatan, sedangkan kejahatan akan membawa ke neraka.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu)
اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِ وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
“Ya Allah, perlihatkan kepada kami bahwa kebenaran itu kebenaran, dan berilah rezeki kepada kami untuk mengikutinya. Perlihatkanlah kepada kami bahwa kebatilan itu kebatilan, dan berilah rezeki kepada kami untuk menjauhinya.”
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ
وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
Demikianlah bahan khutbah jumat yang sanggup saya psoting, semoga bahan khutbah jumat ini bermanfaat. dan tunggu pola bahan khutbah jumat berikutnya.
Jika anda membuthkan bahan khutbah ini, silahkan download khutbah jumat di kumpulan khutbah jumat
Jika anda membuthkan bahan khutbah ini, silahkan download khutbah jumat di kumpulan khutbah jumat
sumber : Asysyariah.com